Judul Buku : Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia
Pengarang : Jacques Bertrand
Penerbit : Penerbit Ombak
Tahun Terbit : 2012
Tebal Buku : 384 Halaman
Peresensi: Meidinar S.P (Politik’20)
Simpang Nasionalisme dan Politik Etnis di era Orde Baru
Orde Baru adalah salah satu era pemerintahan di Indonesia, era pemerintahan ini dipimpin oleh Presiden Soeharto, ia merupakan presiden kedua di Republik Indonesia dan berkuasa selama 32 tahun lamanya. Pada era itu Indonesia dihadapkan dengan penanaman nasionalisme yang sangat pasif dan tersebar di segala lini kehidupan. Penanaman nasionalisme ini bisa didasari juga atas trauma masa lalu, dimana Indonesia hampir saja dikuasai Komunisme dan hampir berakhir menjadi negara Komunis. Berdasarkan pada peristiwa itulah, pemerintah Orde Baru secara masif menyebarkan Nasionalisme di segala lini kehidupan masyarakat Indonesia dan menjadikan ideologi negara sebagai “asas tunggal” bagi Indonesia. Dengan model pemerintahan yang terpusat, tentu memudahkan Orde Baru untuk terus menyebarkan nasionalisme di Indonesia tentu disertai dengan “praktik mewajibkan”
Tapi disisi lain, penyebaran nasionalisme dengan model pemerintahan “istimewa” ala Orde Baru juga dibarengi dengan menguatnya benih-benih “ketegangan” antar etnis yang telah berakar lama. Benih-benih ketegangan antar etnis yang ada dan telah mengakar kuat, kemudian berkembang menjadi kekerasan etnik dan kerap terjadi selama periode-periode perubahan kelembagaan. Lembaga-lembaga negara pun menerapkan sistem “Pancasila asas tunggal” kemudian menimbulkan hubungan yang tidak baik dengan kelompok-kelompok yang tidak menerapkan sistem tersebut, bahkan tidak mengikuti sistem tersebut. Hal tersebut kemudian menimbulkan sumber kekerasan yang berkembang menjadi kekerasan etnik yang masif di era tersebut. Ditambah dengan sikap sentiment yang cukup masih terjadi di era tersebut, sikap sentiment yang cukup masif ditanamkan terhadap satu etnis di era tersebut, cukup memberikan impek yang kuat bahkan di era sekarang. Indonesia adalah negara yang terdiri atas berbagai etnis dan suku didalamnya, namun di sisi lain sangat rawan akan konflik etnis di dalamnya.
Inilah yang digambarkan secara jelas oleh Jacques Bertrand dalam bukunya Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia. Ia menggambarkan bagaimana simpang kritis yang menjadi penyebab kekerasan etnik yang sangat masif terjadi di era Orde Baru, bagaimana sejarah konflik etnis yang sebenarnya sudah terjadi sejak era 1950 an (ketegangan terjadi antara kaum nasionalis dan kaum muslimin), bagaimana konflik-konflik besar yang terjadi di era Orde Baru yang cukup banyak memakan korban (seperti konflik Maluku, konflik etnonasionalis aceh, masuknya Timtim ke wilayah NKRI, Dimensi konflik Muslim-Kristen) serta bagaimana penanaman sikap sentiment terhadao 1 ras sehingga ras tersebut tersingkir dalam tatanan masyarakat Indonesia. Serta bagaimana otonomi menjadi solusi dalam menyelesaikan konflik etnis tersebut.
Jacques Bertrand juga menggambarkan bagaimana otonomi daerah merupakan salah satu solusi yang cukup baik untuk menyelesaikan konflik etnis di Indonesia, hingga akhirnya solusi tersebut masih dipakai hingga era sekarang. Otonomi dinilai dapat kembali menyeimbangkan distribusi kekuasaan antara pusat dan daerah, sistem kekuasaan yang sempat terpusat kemudian menimbulkan ketegangan yang sangat luar biasa. Diharapkan dengan adanya Otonomi daerah mampu menstabilkan distribusi kekuasaan antara pusat dan daerah, serta mampu menghindari konflik dan kekerasan etnis di Indonesia.