Pada tanggal 19 Januari 2022, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik mengadakan webinar dengan mengusung tema Digitalisasi Politik: Meningkatkan Partisipasi Generasi Milenial dalam Konstelasi Politik 2024 “Yang Muda Yang Bersuara”. Dalam acara webinar ini, Himajip mengundang dua narasumber untuk memberikan informasi dan edukasi terkait pentingnya digitalisasi politik dan peran penting generasi milenial dalam hal partisipasi politik 2024. Webinar tersebut diisi oleh dua narasumber yaitu Budi Adiputro (Jurnalis CNN & Co-Founder Total Politik) dan Dian Sandi Utama (Ketua DPW PSI NTB dan Staf Khusus Gubernur NTB) serta dimoderatori oleh Fikri Triyadiansyah (Ketua Umum HIMAJIP Periode 2021/2022).
Peran digitalisasi saat ini sangat penting terkhususnya dalam hal politik.
Digitalisasi politik dapat diartikan sebagai alat dalam mencapai suatu kepentingan dalam artian kepentingan politik. Pengaruh digitalisasi ini sangat besar dalam menentukan aspek politik dalam kehidupan bernegara. Mengutip pendapat dari narasumber Budi Adiputro, hampir semua politisi yang ingin berkiprah dalam dunia politik atau yang ingin maju dalam konstelasi politik 2024 mendatang, tentunya harus memanfaatkan platform digital. Hal ini dikarenakan fenestrasi internet kita sangat tinggi, mayoritas pengguna platform digital adalah generasi Z dan milenial. Jika dilihat secara demografi atau behavior, anak muda merupakan makhluk yang memakai kanal digital dengan cukup aktif.
Pada masa pandemi ini juga semakin menguatkan peran penting digitalisasi, yang dimana masyarakat hanya berdiam diri dirumah, tentu komunikasi ataupun informasi yang mereka dapatkan hanya melalui media digital. Berbicara kembali pada digitalisasi politik, mengutip dari narasumber Budi Adiputro, banyak sekali politisi menunggai gelombang dalam artian apa yang sedang trend di masyarakat itulah yang nantikan dijadikan sebuah konten digital bagi mereka untuk menambah kepopuleran dimata masyarakat. Tentunya masing-masing politisi mempunyai caranya tersendiri dalam menunggai gelombang tersebut, lalu mereka (politisi) membungkus kembali dengan berisikan sebuah pesan-pesan politik kepada masyarakat.
Sejumlah survei menunjukan, generasi Z dan Milenial merupakan kelompok pemilih dominan dalam konstelasi politik 2024 mendatang. Berangkat dari kalimat tersebut tentunya generasi-generasi ini memegang peran penting pada pesta demokrasi nanti. Namun hal ini berbanding terbalik dengan fenomena yang ada di masyarakat, dimana para generasi-generasi muda masih minim ketertarikan dengan dunia perpolitikan. Mengutip dari pendapat Dian Sandi Utama, di NTB sendiri para generasi muda minim ketertarikannya pada dunia politik dikarenakan mereka (generasi muda) masih terhalang dengan tembok ketakutan. Menurut mereka (generasi muda) “kita tidak mungkin berhadap-hadapan dengan senior politik”. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain adalah perihal pengalaman dan finansial. Menurut narasumber Dian Sandi Utama, kehidupan demokrasi itu ditentukan oleh partisipasi politik dari anak muda. Sehingga jika kita mengukur dari hasil pemilu-pemilu sebelumnya, hal ini sangat rendah atau belum mencapai angka maksimalnya.
Melalui mekanisme diskusi, narasumber Dian Sandi Utama berpendapat bahwa digitalisasi politik tidak turun hanya dengan manfaatnya saja, namun dengan konsekuensinya juga. Menurut beliau, mudharat yang muncul dari digitalisasinya masih bisa diminimalisir daripada manfaat positifnya yang sangat luas, seperti yang kita ketahui generasi Z dan Milenial ini sudah mencapai pada angka 93 persen dalam menggunakan media sosialnya. Memang tidak semua generasi Z dan Milenial tertarik pada percakapan-percakapan politik, tetapi dengan sentuhan-sentuhan terkini mereka (generasi Z dan Milenial) tergerak juga untuk berkomentar. Yang secara tidak langsung generasi muda mau untuk ikut serta dalam percakapan politik, begitu nanti mereka (generasi Z dan Milenial) melihat yang lebih seriusnya, mereka akan menyatakan pendapat yang serius juga.
Pada intinya para aktor politik akan beradaptasi pada platform baru khususnya media digital, dimana adanya populasi pada suatu platform digital merupakan suatu akses mudah untuk para aktor politik guna memasarkan atau meningkatkan partisipasi politik. Tentu hal tersebut dibalut dengan sentuhan terkini dengan sekreatif mungkin untuk memikat ketertarikan generasi Z dan Milenial.